Ketika Pembimbing Ibadah Melempar 637 Kerikil di Jamarat dan Sewa Sepeda Motor untuk Tawaf

By Admin

nusakini.com-Makkah-Orang yang paling saya cemburui di antara 4.756 petugas haji Indonesia tahun 2018 adalah Muhammad Zakka Herry. Ustadz asal Palembang ini sungguh disayang Allah SWT atas begitu banyak pengalaman spiritual yang ia jalani di tanah suci, yang saya sendiri tidak mengalaminya.

Bayangkan, ketika saya hanya melempar 49 kerikil di arena jamarat di musim haji tahun ini, Zakka melempar 637 kerikil. Ketika saya hanya melaksanakan satu kali tawaf ifadhah di antara ratusan ribu orang, Zakka melakukan tujuh kali tawaf ifadhah. Dia mengaku tangannya nyaris keseleo setelah melempar ratusan kerikil dan kakinya bengkak-bengkak usai melakukan 49 putaran tawaf dan 49 kali sai secara maraton.  

Apa yang dilakukan alumnus Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, ini tentu di luar kebiasaan. Ini karena saat melaksanakan ibadah haji, seseorang sebenarnya hanya diwajibkan melempar minimal 49 butir kerikil dan maksimal 70 kerikil di tugu jamarat. Rinciannya seperti ini: Jika orang yang sedang berhaji itu berniat hanya bermalam dua hari di Mina -- ini namanya rombongan (nafar) pertama --orang itu hanya melempar 49 kerikil.

Tujuh kerikil pertama ia lempar ke tugu Aqabah, 21 kerikil lagi ia timpukkan ke tiga tugu esok harinya, dan 21 kerikil terakhir dia lempar ke tiga tugu yang sama di hari kedua. Jumlah totalnya 49 kerikil. Tapi, jika dia berniat bermalam tiga hari di Mina -- ini namanya rombongan kedua (nafar tsani) – orang itu melempar 21 kerikil lagi di hari terakhir. Jadi totalnya 70 kerikil. 

Maka, jika ada orang sampai melempar 637 kerikil, kita wajib bertanya, banyak sekali setan yang dia timpuk?  

Jawabannya ternyata ada pada tugas pokok dan fungsi Zakka selama berada di Makkah. Dia ternyata ditugaskan sebagai petugas pembimbing ibadah haji (Bimbad), sementara saya ditugaskan menjadi konsultan ibadah haji. Kami ditugaskan bersama di Sektor Enam Makkah, kawasan Mahbas Jin. Nah, salah satu tugas Bimbad adalah menjadi pemeran pengganti (badal) jamaah haji yang tidak mampu melempar kerikil atau tidak mampu melakukan tawaf ifadhah lantaran sakit, uzur, atau sebab lain; misalnya dia harus segera pulang ke tanah air akibat kampung halamannya dikepung musuh.  

Sebagai ‘’stuntman’’, Zakka ditunjuk untuk menggantikan 12 orang sakit yang tak bisa melempar kerikil dan enam orang yang tak berdaya melakukan tawaf ifadhah sendiri. Jangan anggap remeh proses melempar kerikil. Melempar itu sendiri sangat gampang, tinggal ambil batu, timpuk, beres.

Tapi, untuk mencapai lokasi jamarat itulah yang setengah mati. Jarak antara tenda dan lokasi jamarat memang sekitar 3 kilomter, tapi mereka yang menuju ke sana bersama-sama bisa mencapai 500.000 orang sekali jalan. Buat orang lumpuh atau terkena stroke, berjalan sendiri di antara ratusan ribu orang seperti ini adalah bunuh diri. Makanya, biar mereka selamat, ibadah mereka bisa digantikan orang lain, tentu dengan membayar denda.  

Teknisnya adalah sebagai berikut: Di hari pertama, Zakka melempar 91 kerikil ke arah tugu Aqabah. Itu adalah hasil penjumlahan 13 orang (termasuk buat dia sendiri sebagai ‘’stuntman’’) x 7 kerikil = 91 kerikil. Di dua hari berikutnya, dia melempar lagi 91 kerikil x 3 tugu x 2 hari + 91 kerikil di hari pertama yang sudah dia buang. Jumlah totalnya 637 kerikil. Bayangkan, berapa banyak setan dia timpuk dan betapa sayang Allah kepadanya karena dia sudah rajin menimpuk setan!   

Bukan cuma itu, lelaki yang di Palembang menjabat kepala seksi haji di Kankemenag Kota Prabumulih ini juga ditunjuk untuk menjadi ‘’stuntman’’ bagi enam jamaah haji yang tak mampu melakukan tawaf ifadhah. Mereka biasanya lumpuh, kena stroke, terkena serangan jantung, atau hilang ingatan.

Itu artinya Zakka harus melakukan enam kali tawaf ifadhah buat orang lain dan satu kali tawaf ifadhah buat dirinya sendiri. Jika satu kali tawaf ifadhah dia harus tujuh kali mengelilingi Kabah dan tujuh kali bolak-balik dalam sai, berarti secara total dia harus melakukan 49 kali putaran tawaf dan 49 kali sai. Bayangkan saja sendiri betapa lelahnya! 

‘’Saya terus terang hampir tidak sanggup enam kali tawaf ifadhah,’’ kata Zakka dengan wajah lusuh. ‘’Akhirnya saya sewa sepeda motor saja waktu tawaf.’’ -- di Masjid Haram Anda sekarang bisa menyewa sepeda motor matic untuk tawaf dengan harga sewa 100 riyal atau setara Rp 400.000 dengan kurs sekarang!  

Di Sektor Enam, hampir setiap hari saya dan Zakka berkeliling dari satu hotel ke hotel lain untuk melakukan bimbingan dan konsultasi manasik haji. Setiap acara biasanya kami awali dengan ceramah dilanjutkan sesi tanya jawab. Herannya, alumnus Fakultas Ushuluudin Darul Ulum Jombang ini tidak pernah mau saya suruh ceramah bergantian dengan saya. Dia lebih senang memagang mikrofon lalu menyerahkan pengeras suara itu kepada jemaah yang bertanya. Dari situ saya mengenal Zakka sebagai kawan yang rendah hati, ikhlas membantu orang lain.  

Betapa Zakka adalah kawan yang ikhlas membantu orang terlihat dari cerita ini: suatu hari seorang jamaah haji asal Cina memanggil dia di tengah jalan lalu memberinya obat oles untuk urut. Zakka tak pernah tahu mengapa dia diberi obat itu dan siapa warga Cina yang memberinya obat ini.

Di hotel, dia mendengar kabar bahwa saya sedang sakit dan berbaring lemah di kamar. Dia masuk ke kamar saya lalu memerintahkan saya buka baju dengan segera. Dengan cekatan dan profesional, Zakka lalu mengurut saya dengan obat pemberian warga Cina tadi. ‘’Rupanya ini maksud Allah memberikan saya obat dari orang Cina tadi. Antum harus diurut,’’ kata lelaki kelahiran Sekayu, 31 Mei 1968, ini.  

Esok harinya alhamdulillah saya sembuh. Seminggu kemudian, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin tiba di Makkah dengan rombongan amirul hajj yang dipimpinnya. Semingu di Makkah, Menag saya dengar kurang enak badan karena didera kesibukan yang tiada henti. Teringat kepiawaian Zakka dalam mengurut, saya tawarkan profesionalisme Zakka kepada amirul hajj. Di luar dugaan, Lukman bersedia diurut. Maka Zakka, antara percaya dan tidak percaya, mengikuti saya ke kamar menteri malam itu lalu selama tiga jam mengurut orang nomor satu di kementerian agama yang sangat dia hormati itu. ‘’Saya bersyukur, Allah berikan saya tangan yang penuh berkah,’’ ujar Zakka, usai mengurut Menteri Agama.  

Adakah hal lain yang membuat saya cemburu pada pengalaman spiritual Zakka? Sssssstttt ... baca baik-baik cerita terakhir berikut ini dan santai saja yaaaa: 

  Menjelang wukuf di Arafah, Zakka dan sejumlah petugas pemimbing ibadah (Bimbad) lainnya ditugaskan mengawal orang-orang sakit yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) untuk wukuf di Arafah. Di sana ia bertemu banyak pasien dengan beragam penyakit, mulai dari stroke, lumpuh, penyakit jantung, termasuk hilang ingatan. Salah satu pasien yang ia kawal saat mandi ihram adalah lelaki tua hilang ingatan.

Konon ia adalah lurah di suatu kampung di Jawa. Nah, setiapkali dimandikan oleh perawat, termasuk ketika hendak dimandikan ihram itu, lelaki tua ini selalu mengejar-ngejar perawat yang memandikannya lalu berusaha (maaf) memegang payudaranya. Si perawat tentu saja selalu berteriak-teriak. Di pagi menjelang wukuf itu mantan lurah berusia senja ini tak berkutik menghadapi Zakka yang bertubuh kekar.  

Cerita ini tak akan pernah terungkap kalau saja di pagi hari menjelang wukuf, Zakka tak pernah mengirimi saya video. Isinya adalah gambar dia dengan orang tua yang kemudian dikenal sebagai mantan lurah hilang ingatan itu. Video tadi sejujurnya sangat tidak menarik. Karena itu, di hotel usai kami melaksanakan semua rangkaian ibadah haji, saya bertanya pada Zakka apa maksud video itu?  

‘’Itu video saya dengan mantan lurah yang hilang ingatan,’’ katanya meyakinkan.  

‘’Ya terus kenapa? Di video dia tidak ngapa-ngapain?’’ tanya saya masih belum paham.  

‘’Di kamar mandi, waktu mau dimandikan, dia mengejar-ngejar perawat dan selalu mau pegang payudara perawat itu. Antum tidak tertarik?’’   

Astaghfirullah! (Helmi Hidayat)